http://www.technology-indonesia.com/index.php/component/content/article/130-umum/1282-pembangunan-tanggul-raksasa-solusi-tanpa-reklamasiPembangunan
Tanggul Raksasa, Solusi Tanpa Reklamasi
Jakarta,
Technology Indonesia - Proyek
Reklamasi Teluk Jakarta menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Reklamasi
yang didasari Keppres No. 52/1995 ini, awalnya bertujuan memperbaiki kualitas
pesisir utara Jakarta yang rusak karena masalah lingkungan akibat sedimentasi
dan abrasi. Namun pada perkembangannya, pemanfaatan wilayah hasil reklamasi
bergeser untuk kepentingan pemukiman (coastal development).
John Wirawan
berpendapat persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan konsep lama yang
telah ditawarkan kepada pemerintah sejak 1997. Konsep tersebut adalah
pembangunan dinding tanggul raksasa di depan Teluk Jakarta atau Giant
Seawall. Dengan pembangunan tanggul raksasa, Presiden Direktur Ecolmantech
Consutants ini optimis masalah akan selesai tanpa perlu reklamasi.
“Dengan
pembangunan Giant Seawall maka laut Jawa akan dipisahkan dengan bibir
pantai, sehingga laut akan terpisah dengan daratan. Akibatnya, air sungai yang
mengalir ke Teluk Jakarta tidak akan langsung masuk ke laut. Air sungai akan
ditampung danau raksasa yang terbentuk akibat berdirinya tanggul raksasa
tersebut,” papar John Wirawan dalam presentasi dan diskusi bertajuk “Giant
seawall pantai utara jawa sebagai solusi menyeluruh tanpa reklamasi” di
Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Tinggi permukaan
air danau ini akan diatur lebih rendah lima meter dari daratan pantai utara
Jakarta. Hal ini mengakibatkan air sungai lebih cepat mengalir ke danau raksasa
seluas ± 17.669 Ha. Danau ini dapat menampung air tawar untuk keperluan Jakarta
sepanjang tahun.
“Dengan
menurunnya ketinggian air di sepanjang pantai, maka akan terbentuk daratan
seluas ± 7.000 Ha. Daratan baru ini lebih luas dari pulau-pulau yang terbentuk
dengan cara pengurugan melalui proses reklamasi yaitu 3.800 hektar,” terang
John.
Pembangunan
tanggul raksasa juga akan menyebabkan Pemerintah DKI Jakarta mendapatkan
penghasilan secara langsung dari para pengembang tanpa harus melakukan
pinjaman. “Pembangunan ini diupayakan tidak menggunakan APBD atau APBN. Bahkan
DKI bisa mempunyai dana Rp.100 triliun, sebab untuk membangun 17 pulau,
pengembang harus merogoh kocek sebesar Rp.132 trilyun,” terangnya.
Menurut
perhitungan John, dari Rp.132 triliun pengembang tetap mendapatkan 3.800 hektar
dengan nilai Rp.100 triliun. “Pengembang pasti mau karena lebih murah Rp.32
triliun. Dana itu bisa dipakai untuk membereskan yang ada dan membangun tanggul
pantai yang nilainya 23 triliun dengan harga rate 1 meter kubik 400
ribu,” ungkapnya.
Penghasilan
tersebut, lanjut John, juga bisa digunakan untuk proses revitalisasi dan
restorasi pantai utara Teluk Jakarta. Serta membantu masyarakat miskin untuk
diberi tempat tinggal yang lebih layak disertai daya dukung kehidupan yang
sangat baik.
Keuntungan
lainnya, melalui pembangunan tanggul raksasa akan terbentuk hutan bakau di
lepas pantai dalam skala besar sehingga larutan nutrisi dan mineral dari air
darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota laut dan terumbu
karang. Kondisi tersebut, pada akhirnya akan meningkatkan populasi ikan selaras
membaiknya lingkungan pantai akibat pengurangan kadar logam berat.
Selain itu,
Jakarta akan terbebas dari banjir selamanya karena air dari darat akan mengalir
secara deras ke danau raksasa akibat selisih ketinggian 5 meter antara daratan
dan danau. Perbedaan ketinggian ini dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit hydro
sekala besar di beberapa tempat sepanjang 40 km. Selain itu penggunaan pompa
air sangat sedikit dan akan lebih efisien.
John optimis
solusi pembangunan tanggul raksasa ini akan menjadi win-win solution untuk
semua pihak. Kontrak pemerintah DKI Jakarta dengan para pengembang dapat tetap
dilanjutkan dengan memberikan lahan seluas 3.800 hektar. Lahan ini dapat
dimanfaatkan oleh pengembang untuk membangun pemukiman baru, tanpa harus
mengambil material urug sebesar 330 juta meter kubik dari tempat lain yang
menyebabkan kerusakan lingkungan.
“Sementara
itu, para nelayan tidak perlu dipindahkan karena masih tersedia lahan yang
cukup luas untuk pemukiman. Dengan demikian tidak akan menimbulkan problem sosial
dan ekonomi karena rakyat tidak akan dicabut akarnya dengan cara dipindahkan,”
pungkasnya.
http://infonasional.com/2017/03/01/giant-seawall-solusi-holistik-pantai-utara-jakarta-tanpa-reklamasi/Giant
Seawall, Solusi Holistik Pantai Utara Jakarta Tanpa Reklamasi
Reklamasi teluk Jakarta saat ini sedang
hangat-hangatnya diperbincangkan terutama dalam perdebatan politis. Pada
awalnya, reklamasi ini bertujuan memperbaiki kualitas pesisir utara Jakarta
yang semakin rusak karena sedimentasi dan abrasi. Namun pada akhirnya,
reklamasi wilayah pesisir utara Jakarta ini dimanfaatkan untuk kepentingan
pemukiman (coastal development).
Permasalahan tersebut menjadi inti dalam acara
Breakfast Dialogue yang diselenggarakan oleh Financial Club, bertempat di
Financial Club Jakarta, Graha CIMB Niaga Jakarta lantai 27, Selasa (28/2). Pembicara
kali ini adalah President Director PT Ecolmantech Consultans, John Wirawan.
Breakfast Dialogue kali ini membahas sebuah solusi
untuk masalah reklamasi tersebut dengan Giant Seawall. Menurut John, Giant
Seawall merupakan solusi holistik bagi pantai utara Jakarta tanpa harus
dilakukan reklamasi.
John menambahkan bahwa konsep ini sudah ditawarkan
kepada pemerintah RI sejak tahun 1997.
Firdaus Ali, Pakar Teknik Lingkungan dan Ahli Tata Air
Perkotaan dari Universitas Indonesia
Dengan dibangunnya Giant Seawall ini maka laut Jawa
akan dipisahkan dengan bibir pantai yang ada saat ini, sehingga air laut akan
terpisah dengan daratan, jelasnya. Akibat keberadaan tanggul ini, maka air
sungai yang mengalir ke teluk Jakana tidak akan langsung masuk ke laut, akan
tetapi akan ditampung di danau raksasa yang terbentuk akibat berdirinya tanggul
raksasa ini.
Menurut John, ada beberapa keuntungan yang akan
didapat kota Jakarta bila konsep ini dijalankan. Keuntungan-keuntungan tersebut
antara lain adalah Pemerintah DKI Jakarta mendapatkan tambahan pengahasilan
dari kontrak-kontrak pengembang pemukiman saat ini, kondisi hutan bakau dan
pertambakan akan masih tetap terjaga, dan adanya penampungan air yang sangat
besar agar Jakarta terhindar dari banjir.
Dalam pemaparannya, John Wirawan juga menyebutkan
bahwa solusi pembangunan tanggul raksasa Giant Seawall adalah solusi yang
menguntungkan semua pihak. kontrak Pemerintah DKI dengan para pengembang saat
ini dapat tetap dilanjutkan dengan memberikan lahan seluas 3.800 HA yang akan
dimanfaatkan oleh para pengembang untuk membangun pemukiman baru, tanpa harus
mengambil material urug sebesar 330 juta m3 dari tempat lain yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat dahsyat.
Sementara, para nelayan juga tidak perlu dipindahkan
(digusur) karena masih tersedia lahan yang cukup luas untuk pemukiman mereka
dengan sumber mata pencaharian yang tetap sama di sekitarnya.
(ki-ka) John
Wirawan (presdir PT Ecolmantech Consultants), pembicara Breakfast Dialogue ;
Ali Basyah Suryo (Advisor The President Post), moderator Breakfast Dialogue ;
Yangki F. Lontoh (Sr. Membership & Activities Manager Financial Club)
http://jayakartanews.com/2017/03/01/jakarta-tanpa-reklamasi/
John
Wirawan, Presiden Direktur Ecolmantech, memberi solusi Jakarta tanpa reklamasi.
Tanpa reklamasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa meraup penerimaan daerah
sedikitnya Rp 200 triliun.
Jakarta tanpa Reklamasi
oleh: LAKSMI
WURYANINGTYAS
DILEMA yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta terkait penolakan
reklamasi sebetulnya bisa diatasi dengan membangun tanggul raksasa di depan
Teluk Jakarta. Bahkan, dengan membangun tanggul raksasa, maka Pemprov DKI
Jakarta bisa memperoleh penghasilan langsung sedikitnya Rp200 triliun dari para
pengembang, tanpa harus melakukan pinjaman. Demikian pendapat Dipl. Ing John
Wirawan, Presiden Direktur Ecolmantech dalam diskusi di Financial Club Jakarta,
Selasa (28/2/2017).
Menurut John, solusi yang disampaikannya merupakan
hasil pemikiran selama 20 tahun atas biaya sendiri bersama banyak ilmuwan
senior berbagai keahlian, baik lembaga penelitian di luar kampus maupun
perguruan tinggi se-Indonesia. “Kami bermimpi tentang pembangunan bertahan
berkelanjutan yang holistik di negara kepulauan, bukan benua, yang hanya ada dan
satu-satunya di dunia yaitu Indonesia,” ujarnya.
Ditegaskan, dalam menawarkan solusi tersebut, proyek
bukanlah tujuan utama, melainkan tempat proses pembelajaran bagi semua pihak
dengan menempatkan manusia secara utuh dan sederajat. “Rakyat tidak boleh dicabut
dari akarnya atau dipindahkan begitu saja, karena local wisdom itu sangat
penting. Nelayan harus terfasilitasi dengan sangat baik, sehingga terangkat
harkat dan martabatnya secara utuh,” tutur John Wirawan.
Kondisi hutan bakau, tambak udang dan tambak bandeng
yang ada harus terlestasi untuk menjadi lebih baik. Di samping itu, diciptakan
hutan bakau baru di lepas pantai dalam skala besar, sehingga larutan nutrisi
dan mineral dari air darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota
laut dan terumbu karang sedemikian rupa, sehingga populasi jumlah ikan dapat
bertumbuh selaras dengan membaiknya lingkungan estuari pantai (pengurangan
kadar logam berat sangat signifikan).
Meskipun dibangun tanggul raksasa, tetapi kontrak
Pemprov DKI Jakarta dengan investor untuk lahan 3.800 hektare tetap dapat
dilaksanakan tanpa mengambil material urug sebesar 330 juta meter kubik pasir
dari tempat lain. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang
sangat dahsyat di tempat lain. Sementara pasir yang yang sudah terlanjur ada
(Pulau C, D, G dan N) dapat dipakai untuk perapihan ‘daratan yang timbul’
seluas lebih kurang 7.000 hektare tanpa reklamasi.
Pembangunan tanggul raksasa itu juga mendatangkan
manfaat luar biasa. Diantaranya, ada danau raksasa seluas lebih kurang 17.669
hektar tanpa pembebasan lahan. Ada air baku tawar dalam jumlah yang sangat
besar. Aliran air dari darat tanpa halangan mengalir ke danau raksasa . bahkan
air dari darat dapat terjun bebas dengan selisih ketinggian 5 meter atau lebih.
Air terjun ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik
terbarukan yang ramah lingkungan sepanjang 40 kilometer di Teluk Jakarta.
“Masih banyak lagi manfaat lainnya, seperti penggunaan pompa air yang sangat
sedikit dan sangat efisien. Kedalaman laut kolam pelabuhan Tanjung Priok
setinggi 20 meter tanpa pengerugan. Di samping itu masih bisa dibangun lapangan
terbang internasional di atas batu karang sepanjang 7 kilometer dan lebar 3
kilometer,” ungkap John Wirawan.
Pembangunan tanggul raksasa ini jika berhasil dapat
menjadi contoh pembangunan bertahan dan berkelanjutan yang holistik. Sehingga
nantinya, polanya dapat dipakai untuk pembangunan revitalisasi dan restorasi
seluruh pantai utara Pulau Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia sesuai daya
dukung lingkungannya. ***
http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/kabar-terkini/2905-pembangunan-tanggul-raksasa-dinilai-sangat-menguntungkan
Created on
Saturday, 04 March 2017
Jakarta,
Sains Indonesia – Pembangunan tanggul raksasa (giant sea wall) dinilai berbagai
pihak sangat menguntungkan berbagai pihak, terutama pemprov DKI Jakarta. Selain
keuntungan secara ekonomi, budaya, dan lingkungan, kehadiran tanggul raksasa
ini juga dinilai sebagai langkah tepat untuk mengatasi fenomena pemanasan
global dan perubahan iklim yang mengancam Jakarta. Setiap tahunnya angka
kenaikan permukaan laut di pulau Jawa semakin tinggi.
Para
peneliti mencatat bahwa pada 2010, pulau terpadat di Indonesia ini telah
kehilangan daratan sekitar 7.408 km2 dengan kenaikan permukaan laut 0,4 m.
Sementara untuk 2050, para peneliti memperkirakan luas daratan Jawa akan
menghilang hingga 30.120 km2 dengan kenaikan permukaan laut mencapai 0,56 m.
“Pembangunan giant sea wall merupakan solusi menyeluruh tanpa reklamasi yang
terbukti efektif dan efisien,” ujar Presiden Direktur Ecolmantech Consutants,
John Wirawan di Jakarta (28/2).
Kepada Sains
Indonesia, jebolan perguruan tinggi ternama di Jerman itu berpendapat, Pemprov
Jakarta bisa mendapat setidaknya lima keuntungan dengan dibangunnya tanggul
raksasa atau DAM lepas pantai tersebut. Pertama, pemerintah DKI akan
mendapatkan penghasilan secara langsung sedikitnya Rp 200 triliun dari para
pengembang tanpa harus meminjam “Dari penghasilan itu, Rp 100 triliun akan
digunakan untuk proses revitalisasi dan restorasi pantai utara teluk Jakarta.
Rinciannya, Rp 40 triliun untuk membangun tanggul lepas pantai dengan material
urug dari sedimen 13 sungai yang mengalir ke teluk Jakarta. Lalu Rp 60 triliun
sisanya untuk memindahkan rakyat miskin dari daerah kumuh,” papar John.
John menilai
Rp 60 triliun merupakan biaya yang lebih dari cukup untuk memindahkan rakyat
miskin dari daerah kumuh ke permukiman yang layak. “Mereka yang tinggal di
kolong jembatan, bantaran sungai, atau di samping rel kereta, bisa dipindahkan
ke lahan permukiman yang timbul dari proses pembangunan DAM lepas pantai ini,
lengkap dengan lapangan pekerjaan dan infrastruktur penunjangnya,” lanjut John.
Kedua, pasir yang saat ini sudah tersedia di pulau C, D, G, dan N dapat
digunakan untuk merapikan daratan seluas + 7.000 hektare yang terbentuk tanpa
reklamasi.
“Daratan
7.000 hektare ini akan didapat akibat dari penurunan muka air danau sebanyak -5
meter. Ini jauh lebih banyak dari total luas daratan hasil reklamasi yang hanya
3.800 haktare. Sisa 3.200 hektare lainnya bisa Pemprov gunakan untuk membangun
sektor-sektor produktif,” terang John.
Ketiga, pembangunan
tanggul raksasa juga akan membentuk hutan bakau di lepas pantai dalam skala
besar. Hutan bakau ini akan meningkatkan pertumbuhan biota laut dan terumbu
karang. Pada akhirnya, populasi jumlah ikan pun bertambah selaras dengan
membaiknya lingkungan estuari pantai karena pengurangan kadar logam berat.
Keempat, dengan selisih ketinggian antara darat dan danau yang mencapai 5
meter, maka Jakarta diperkirakan akan terbebas dari banjir karena air dari
darat akan mengalir secara deras ke danau raksasa, “Perbedaan ketinggian ini
juga akan membentuk air terjun dari sungai yang bisa dimanfaatkan menjadi
pembangkit hydro skala besar di beberapa tempat,” lanjut John.
Faris SR
John Wirawan
johnwirawan.dipl.ing@gmail.com
+6281284009911
John Wirawan
johnwirawan.dipl.ing@gmail.com
+6281284009911