Senin, 07 Agustus 2017

PEMBANGUNAN BERTAHAN BERKELANJUTAN YANG HOLISTIK

PEMBANGUNAN BERTAHAN BERKELANJUTAN YANG HOLISTIK

CONTOH KASUS: TELUK JAKARTA

1.   PRAKATA:
        Masalah reklamasi secara umum dan khusus di teluk Jakarta, sudah terjadi pro dan kontra yang melelahkan tanpa berdasarkan data ilmiah yang sah (valid), jujur dan profesional.
        Kompleksitas yang sangat rumit dalam proses penentuan perlu atau tidak perlunya reklamasi, seharusnya melalui proses keterlibatan SECARA PROFESIONAL SEMUA PIHAK DALAM ARTI YANG SANGAT-SANGAT LUAS sesuai bidang keahlian masing-masing termasuk kearifan lokal yang bertumpu pada data yang sah untuk mencapai Pembangunan Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK, tanpa terlebih dahulu dipengaruhi aspek ekonomi maupun politik.
        Sangat diharapkan pada waktu yang dekat, ada “perilaku/etika profesional” dari semua pihak untuk mengkritik HANYA sesuai dengan “bidang keahliannya” terhadap suatu rencana “Pembangunan dengan kompleksitas tinggi” yang melibatkan KEAHLIAN BANYAK PIHAK beserta solusinya (tanpa solusi, lebih baik tidak mengkritik apalagi membuat pernyataan penolakan/pembatalan suatu pekerjaan yang melibatkan banyak unsur keilmuan).
        Semoga USULAN tulisan ini, menjadi dasar kebersamaan kita semua sebagai anak bangsa untuk mengatasi masalah lingkungan Teluk Jakarta yang nyata, “sangat kompleks” dan sudah sangat menakutkan, bahkan menurut Begawan Lingkungan Prof. Otto Sumarwoto Almarhum “Lingkungan Hidup” Teluk Jakarta sudah hancur.


2.  IDENTIFIKASI MASALAH:

A. KONDISI ALAM
1.   Indonesia adalah Negara Kepulauan memiliki laut yang sangat luas mempunyai perilaku SANGAT berbeda dengan Benua secara alam, budaya, ragam fauna&flora dan teknologinya.
2.   Indonesia adalah negara tropis dengan curah hujan yang tinggi.
3.   Indonesia terletak di RING of FIRE.
4.   Pantai utara Jawa MAJORITAS terbentuk dari reklamasi secara alamiah akibat sedimen (aluvial) hasil erosi dari hulu (peta Geologi Van Bemellen).
5.   Data properti lapisan sedimen pada pantai utara Jawa berlapis-lapis dengan karakteristik yang berbeda-beda, ada lensa air laut yang terperangkap bahkan di Jawa Tengah ditemukan lapisan organik (belum lagi lapisan tanah yang ekstrem berbeda, akibat pergerakan kerak bumi). 
6.   Karakteris permukaan lapisan tanah dengan sedimen butir yang sangat halus akan mengalami penurunan secara alamiah akibat konsolidasi/pemadatan secara gravitasi oleh beratnya sendiri dalam jangka yang sangat panjang karena proses perpindahan /terlepasnya lapisan air pada butir sedimen yang sangat halus yang terikat dalam bentuk tegangan positip dan negatip.
          Kebenaran pernyataan, pengambilan air tanah (yang diyakini oleh banyak pihak) menyebabkan penurunan pada “formasi lapisan sedimen seperti ini”, SAMPAI HARI INI belum ada data pendukung yang jelas dan sah untuk membenarkan pernyataan ini.
7.   Penurunan tidak merata pada permukaan “tanah sedimen” di beberapa tempat di daerah pantai teluk Jakarta terjadi sedemikian rupanya, sehingga permukaan tanah lebih rendah dari permukaan laut.
8.   Kelandaian dasar sungai yang lebih rendah dari permukaan laut, membuat air laut merambah masuk kebadan sungai jauh kedarat, membuat arus air sungai tidak bisa lancar bahkan tertahan untuk mengalir kelaut.
9.   Kenaikan permukaan laut akibat Global Warming.
10. Dsb.nya

B. KEGIATAN MANUSIA
1.   Perputaran ekonomi Indonesia terpusat di Jakarta.
2.   Populasi manusia sudah melebihi daya dukung Jakarta.
3.   Perbedaan kaya dan miskin sangat jauh.
4.   Kedalaman kolam pelabuhan Tanjung Priuk sangat dangkal dan diperparah pendangkalannya oleh lajunya sedimen.
5.   Pantai Utara TIDAK BOLEH di kerug, untuk memperdalam kolam pelabuhan.
6.   Pengerugan semacam ini, dapat berdampak sangat buruk pada keseimbangan dasar laut dan daratan daerah pantai.
7.   Sistem transportasi masal yang belum memadai menghubungkan DJABODETABEKJUR.
8.   Jarak antara tempat kerja dengan tempat tinggal para Pekerja sangat jauh, kontribusi penambahan kemacetan lalu lintas. 
9.   Kemacetan lalu lintas (traffic jam) yang sangat parah.
10. Harga tanah di Jakarta sudah tidak masuk akal.
11. Pencemaran udara sudah diambang batas yang diizinkan.
12. Banjir dan Rob.
13. Masalah banjir di Pantai Teluk Jakarta, membuat masalah baru di daerah hulu.
14. Pengambilan material urug dari gunung untuk mencegah ROB dengan cara meninggikan pantai utara, membuat daerah hulu semakin tererosi berat dan material erosi memperkecil penampang basah sungai yang pada achirnya berdampak meningkatkan banjir.
15. Material urug untuk peninggian pantai teluk Jakarta untuk mengatasi ROB, berdampak mempercepat penurunan permukaan tanah (preloading) dan pada achirnya kena ROB lagi.
16. Air baku tawar dibiarkan sia-sia berubah segera menjadi air laut.
17. Masyarakat Jakarta tidak mendapat akses yang layak untuk memenuhi kebutuhan air bersih dari Pemerintah DKI.
18. Industri, Pelabuhan, perhotelan, perkantoran tidak mendapat  akses air bersih yang layak dari Pemerintah DKI, sehingga masing-masing Pengusaha TERPAKSA mengambil air untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam melaksanakan usahanya yang juga sudah dibebani Pajak. 
19. Peraturan dan Undang-undang penggunaan lahan tidak dilaksanakan dengan baik.
20. Peraturan dan Undang-undang tentang limbah Industri dan Rumah Tangga tidak dilaksanakan dengan baik.
21. Kesadaran dan etika lingkungan masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan.
22. Sungai jadi tempat pembuangan limbah padat (lemari?, spring bed?) dan limbah cair termasuk logam berat, dsbnya dsbnya. . . . . . . . .????????
23. Kadar logam berat sudah sangat jauh diatas ambang batas yang diijinkan.






























24. Hutan Bakau yang dapat berfungsi menetralisir logam berat ditebang, untuk keperluan perut.
25. Kwalitas air laut di pantai Teluk Jakarta sangat keruh akibat “Partikel Sedimen Melayang Halus" sejauh 2 km dari bibir pantai.
26. Populasi terumbu karang menurun sangat drastis, diikuti populasi ikan menurun dengan dratis berakibat menambah beban pemiskinan para Nelayan yang memang sudah miskin.
27. Masalah logam berat mencemarkan semua mata rantai makanan biota laut sampai ke level manusia seperti ini, sudah pernah terjadi di Minamata Jepang Tahun 1953.
28. Sekarang ini sudah mulai terlihat dampaknya pada masyarakat yang mengkonsumsi produk laut yang tercemar logam berat yang akan terakumulasi dalam tubuh manusia.




































29. Ekspor berton-ton secara alamiah sampah DKI ke Pulau Seribu, saat angin barat.



     30. Dsb.nya . . . . . . . . .??????????


3. USULAN PENYELESAIAN MASALAH

Khusus sebagai contoh kasus, Pembangunan Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK di DKI Jakarta.

Dengan parameter sebagai berikut:
1.   Negara HARUS hadir sebagai Fasilitator, Motivator dan Judikator, dsbnya.
2.   Proyek bukan tujuan utama, melainkan tempat proses pembelajaran bagi semua pihak dengan menempatkan manusia secara utuh dan sederajat.
3.   Rakyat tidak boleh “dicabut dari akarnya” / dipindahkan (lokal Wisdom sangat penting).
Nelayan HARUS terfasilitasi dengan sangat baik sehingga terangkat harkat dan martabatnya secara utuh.
4.   Pembangunan INFRA STRUKTUR, HARUS tanpa menggunakan dana dari APBN atau APBD dan TANPA pinjam uang.
5.   Kontrak Pemerintah DKI dengan Investor untuk lahan 3.800,0 Ha tetap dapat dilaksanakan tanpa perlu mengambil material urug sebesar 330 juta m3 pasir dari tempat lain (PENCEGAHAN terhadap kerusakan lingkungan yang “SANGAT DAHSYAT” ditempat lain).
6.   Pasir yang sudah TERLANJUR ADA (Pulau C, D, G dan N?) dapat dipakai untuk perapihan “daratan yang timbul” seluas  ± 7.000,0 Ha, tanpa REKLAMASI. 
7.   Pemerintah DKI mendapatkan Penghasilan paling sedikit Rp. 100,0 Triliun, secara langsung dari Revitalisasi dan Restorasi Pantai Utara Teluk Jakarta untuk digunakan sebagai berikut: 

·       Rp. 40,0 Triliun untuk membangun Tanggul Lepas Pantai (material urug dari sedimen 13 Sungai di Teluk Jakarta).
·       Sisanya Rp 60,0 Triliun untuk memindahkan rakyat miskin dari daerah kumuh (Bantaran Sungai, Kolong Jembatan, disamping rel Kereta Api, dsbnya) ke lahan baru seluas ± 3.200,0 Ha (x ± Rp. 3 jt= ± Rp. 96 Triliun) tanpa pembebasan, lengkap dengan lapangan kerja dan segala infra struktur penopang lainnya.

8.   Diperkirakan perolehan dana, untuk DKI= ± Rp. 200 Triliun, tanpa pinjam.
9.   Kondisi Hutan Bakau, Tambak Udang, Tambak Bandeng yang ada, HARUS terlestari untuk menjadi lebih baik.
10. Diciptakan Hutan Bakau baru di lepas pantai dalam skala besar sehingga larutan nutrisi dan mineral dari air darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota laut dan Terumbu karang sedemikian rupanya sehingga populasi jumlah ikan dapat bertumbuh selaras dengan membaiknya Lingkungan Estuari Pantai (Pengurangan sangat signifikan kadar logam berat).
11. Ada danau Raksasa seluas ± 17.669,0 Ha, tanpa pembebasan lahan tanah.
12. Ada air baku tawar dalam jumlah yang sangat besar.
13. Aliran air dari darat tanpa halangan mengalir ke danau raksasa (TIDAK BOLEH ada TANGGUL TEPI PANTAI PERMANEN), bahkan air dari darat dapat terjun bebas dengan selisih ketinggian 5,0 m atau lebih.
14. Air terjun dengan selisih ketinggian 5,0 m atau lebih, dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik terbarukan yang ramah lingkungan sepanjang 40,0 Km di Teluk Jakarta.
15. Penggunaan dan kebutuhan pompa air yang sangat SEDIKIT dan sangat efisien.
16. Kedalaman laut Kolam Pelabuhan Tanjung Priok= 20 m, tanpa pengerugan.
17. Pembangunan Lapangan terbang Internasional diatas batu karang sepanjang 7 Km dan lebar 3 Km.
18. Dsb.nya.............


Paling sedikit 17 Parameter Utama yang disajikan diatas, harus:

TERLAKSANA TANPA KOMPROMI
setelah melalui penelitian
PROFESIONAL, JUJUR, TULUS dan BERTANGGUNGJAWAB
disemua sektor keilmuan (termasuk local Wisdom) dari
ANAK BANGSA dan PERGURUAN TINGGI SEINDONESIA
sesuai bidang keahlian dan kapasitasnya masing-masing.

Keberhasilan CONTOH pola pembangunan  Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK di DKI Jakarta dapat dipakai untuk

Pembangunan REVITALISASI dan RESTORASI SELURUH Pantai Utara Jawa dan Pulau-Pulau lainnya di Indonesia sesuai daya dukung lingkungannya.

Semarang-Pacitan dan Semarang-Cilacap sangat dapat dijadikan salah satu pusat simpul strategis utama perputaran barang dunia, yang menghubungkan 5 Benua melalui 2 Samudra (Pacific dan Hindia).
Perjalanan Kereta Api Semarang-Pacitan dan Semarang-Cilacap selama 5 jam, diperkirakan dapat menghemat waktu 15 hari perputaran transportasi barang dunia melalui laut.

Besar harapan kami, atas kehendakNYA, kita sebagai Putra-Putri Bangsa dapat bersama-sama berjuang untuk Kebangkitan NKRI yang kita cintai bersama, amin.

Salam sejahtera,
John Wirawan